Pulau sempu, berada dalam kawasan cagar alam yang dilindungi pemerintah, kawasan ini terletak di ujung selatan kota malang, terletak di antara 112° 40′ 45″ - 112° 42′ 45″ bujur timur dan 8° 27′ 24″ - 8° 24′ 54″ lintang selatan. Pulau dengan luas ± 877 Hektar dengan varietas satwa dan tanaman yang masih terjaga keasliannya membuat kawasan ini begitu eksotis, didalam kawasan ini terdapat segara anakan, berbentuk seperti danau yang terbentuk karena masuknya air laut yang menyebabkan rasanya menjadi asin. Di pulau ini nyaris tidak dapat ditemukan mata air payau. Akses menuju pulau ini dapat ditempuh melalui pantai sendang biru dengan menggunakan perahu nelayan, tentunya dengan surat izin terlebih dahulu
Kita mulai ceritanya :
Sabtu 24 september 2011 pukul 11.00 perjalanan dimulai dari kota bangil menuju ke pantai sendang biru yang terletak di desa sumber manjing, dengan menggunakan kuda besi yang dipacu dengan kecepatan antara 40 – 100 km/jam dibutuhkan waktu tak krang dari 3 jam, mengingat medan yang dilalui terdapat tanjakan dan tikungan menjelang area pantai.
Sesampainya di pantai sendang biru, kami segera mengurus penyebrangan ke pulau sempu, setelah mendatangi pos pantau pulau kami dihadapkan pada berbagai kendala, mulai dari procedural yaitu pengurusan izin yang harus mendapatkan izin dari kantor lingkungan yang berada di Surabaya (Hmm… nda mungkin juga harus balik ke Surabaya hanya buat ambil kertas), dan juga masalah teknis yaitu setiap kelompok atau pengunjung diharuskan menyewa seorang tour Guide dengan tarif 100 ribu/hari kalau bermalam 200 ribu.
Setelah kami membicarakan masalah ini dengan teman-teman akhirnya kami mengambil jalan tengah (bukan dengan berenang sampai pulau hehehe), kami memutuskan bergabung dengan teman-teman dari malang yang memiliki tujuan yang sama (tetapi bedanya mereka dengan surat izin dan Tour Guide tentunya). Kami menyewa kapal dengan tariff 100 Ribu untuk pulang pergi ke pulau sempu (catatan : kapal maks 10 orang). Dibutuhkan waktu ± 15 menit untuk tiba di teluk Semut, kawasan sempu.
Turun dari Perahu, berbeda dengan bayangan penulis yang membayangkan pantainya berada dekat dengan tempat turunya kapal, ternyata kami harus menyusuri hutan lebat dengan vegetasi yang cukup rapat, dengan track ± 15 km yang ditempuh dalam waktu 1,5 jam, dengan kountur jalan yang berupa tanah lumpur yang mengeras disertai lilitan akar-akar pohon khas daerah pantai membuat perjalanan sekakan lebih manarik.
Setelah menempuh perjalanan dengan kaki selama dua jam akhirnya penulis sampai pada tujuan perjalanan ini. Lagi-lagi berbeda dengan bayangan penulis, kawasan cagar alam ini sangat terlihat ramai oleh pengunjung pada week end, mulai dari Pecinta alam, Pramuka, Penggiat kegiatan Outdoor hingga keluarga yang memilih liburan berpetualang. Lima belas menit kami melepas lelah dan memandang ciptaan tuhan yang luar biasa ini, kami segera menyaipkan tenda sebegai tempat bermalam, mengingat semakin banyaknya pengunjung yang berdatangan di pulau indah ini. Kami memilih mendirikan tenda di tepi pantai, dengan tujuan agar dapat lebih menikmati suasana pantai di malam hari, tenda kami bersebelahan dengan tenda turis-turis dari jerman dan belanda yang notabenya mahasiswa pertukaran pelajar di Surabaya, malam semakin menarik diiringi petikan gitar kawan-kawan dari malang dan api unggun yang dinyalakan menambah hangatnya suasana malam itu, setelah malam semakin larut kami pun kembali ke tenda masing-masing dan beristirahat untuk menyambut pagi.
Pukul 05.30 sebelum mentari terbit kami bergegas mendaki tebing yang berada di selatan pulau dengan tujuan melihat sun rise di puncak dan membuktikan melihat benua Australia (ternyata palsu hehehe). Pemandangan dari puncak tebing sangat luar biasa, segara anakan terlihat sangat biru dipadu dengan hutan yang hijau sungguh sangat menyejukkan mata, dari sisi selatan pulau gemuruh hempasan ombak laut selatan kian menambah seru suasana di puncak. Pukul 08.00 kami turun dari tebing kami makan pagi dan bersantai sambil berjemur ala turis sebelah di pantai, melihat birunya laut dan suasana yang tenang, nyaris tanpa ombak karena terisolir oleh tebing yang mengitari pulau membuat saya tergoda untuk ber snorkling-ria disana, sangat disayangkan ternyata dasar dari air pantai ini hanya terdapat pasir dan lumut, nyaris tanpa terumbu karang sehingga jumlah ikan disini sangat sedikit.
Puas menikmati tebing, pantai dan lautnya saya beristirahat sambil minum secangkir kopi yang saya buat sebelumnya, mencoba membuka mata untuk mensyukuri apa yang tuhan berikan untuk penulis, disini saya merasa sangat kecil dibandingkan apa yang Tuhan ciptakan. Ternyata mungkin saya kurang mensyukuri apa yang tuhan berikan kepada saya.
Pukul 10.30 kami packing dan membersihkan pantai dari sampah yang kami buat, sebelum pulang kami sempatkan untuk berfoto bersama sebagai kenang-kenangan, kami kembali menerobos hutan untuk kembali ke dermaga teluk semut, tempat perahu kami bersandar, perjalanan tidak terasa melelahkan karena kami berjalan beramai-ramai sambil diiringi canda dan tawa. Sesampainya di dermaga kami berpisah sambil berjabat tangan kami berpamitan dengan kawan baru kami, saya masih ingat apa yang turis itu katakana yaitu “See You Next Time” dengan polos saya menyauti “Enggeh Amien” hehehehe….
Tag :
Traveling
0 Komentar untuk "Pulau Sempu, Pesona Segara Anakan Part I"